MENJADI PENGHAFAL AL-QUR'AN ATAU PENJAGA AL-QUR'AN?
MENJADI PENGHAFAL AL-QUR’AN ATAU
PENJAGA AL-QUR’AN ?
Oleh: RUSMINI
Saat ini penomena penghafal Al-quran sangat menjamur di indonesia.
Dari anak kecil, remaja, dewasa, bahkan ibu-ibu berbondong-bondong belajar
al-qur’an. Perlu di syukuri karena ini adalah suatu perubahan besar yang
terjadi diera globalisasi, ditengah hiruk pikuk pergaulan remaja yang tak
terbatas, korupsi yang meraja lela serta semrawut masalah yang terjadi di indonesia.
Ini merupakan suatu kesusksesan besar yang diraih oleh para
pendakwah dinegeri ini salah satunya yaitu melalui program tv “Hafizh
indonesi”. Masih lekat dalam ingatan masyarakat Indonesia saat Musa, salah satu
peserta Hafizh Indonesia yang memenangkan juara 3 lomba MHQ di Mesir. Musa yang
masih berumur 7 tahun itu tentu saja mendapat perhatian masyarakat Indonesia,
bahkan dunia.
Sejak saat itu masyarakat Indonesia menjadi melek Al-Qur’an.
Banyak orangtua yang menyekolahkan anaknya dipondok pesantren guna mendapatkan
pelajaran Hafizh. Ibu-ibu banyak
mendatangi mejlis-mejlis ta’lim untuk belajar ilmu agama lebih dalam.
Namun sudah benarkah niat kita selama ini dengan menjadi
seorang penghafal Qur’an? Karena begitu banyaknya penghafal Al-qu’an namun
masih berhubungan dengan lawan jenis, menjadi penghafal Al-Qur’an namun masih sering
bermaksiat, menjadi penghafal Al-Qur’an namun masih melanggar aturan Allah.
Menjadi seorang penghafal Al-Qur’an bukanlah jaminan untuk
masuk surga, namun menjadi seorang penghafal Al-Qur’an adalah salah satu cara
mendekatkan diri kepada Allah agar meraih surganya. Dengan begitu perlunya kita
memperbaiki niat agar semata-mata untuk Allah bukan untuk dilihat manusia atau hal-hal yang
bersifat duniawi.
Atau bagaimana agar setiap ayat yang kita hafal melekat
kedalam dada bukan hanya lewat lisan. Artinya setiap ayat yang kita hafal harus
berdampak pada perubahan diri kita dan orang-orang disekeliling kita. Karena
jika kita menghafal Al-Qur’an dan senantiasa menjaganya dalam dada kita maka
Al-Qur’an itu sendirilah yang akan menolong kita diakhirat kelak. Berbeda jika
kita hanya menghafal Al-qur’an tanpa ingin menjaganya yaitu niat kita masih
bersifat duniawi maka Al-Qur’an akan sangat sulit berada dalam dada kita.
Jadi, kita mau menjadi seorang penghafal Al-Qur’an saja atau
penjaga Al-Qur’an? Kalian pasti sudah tahu jawabannya.
Komentar
Posting Komentar